Selamat Datang

Om Swastyastu Selamat Datang Di Rumah Hindu Semoga Selalu dalam Lindungan Sang Hyang Widhi Wasa, Astunkara

Jumat, 12 Oktober 2012

NOTONOGORO "Salah Satu Ramalan Joyoboyo"


"Notonogoro"
Salah satu ramalan Joyoboyo
     Gabungan lima suku kata "notonogoro" satu-satunya ramalan Joyoboyo yang paling sering diutak-atik 
dan digathuk-gathukkan oleh siapapun yang hendak memprediksi siapa calon kepala negara baru yang 
kelak memimpin negeri seluas bekas Majapahit/Hindia Belanda. 
     Notonogoro/notonegoro sebagai kata kesatuan memiliki makna "seorang tokoh yang berkemampuan 
menjadi kepala negara Nusantara yang adil dan dapat memakmurkan, mensejahterakan, dan menjaga 
keadilah bagi segenap kehidupan rakyatnya."
      Ramalan Joyoboyo "notonogoro" jika dianggap merupakan gabungan lima suku kata terakhir dari 
penggalan nama tokoh pemimpin, maka secara berurutan susunannya adalah berikut: No, To, No, Go, Ro. 
     Dalam aksara Jawa maka varian dari suku kata No ialah Nyo, lebih luas lagi agar tidak terkesan Javasentris 
maka varian lain yang tersedia adalah Na.
      Begitu pula dengan To, suku kata kedua "notonogoro" maka varian dalam aksara Jawa dari To ialah Tho, 
selanjutnya lebih luas lagi ialah Ta. Untuk suku kata ketiga dari notonogoro yakni No, idem dengan No suku 
kata pertama. 
      Suku kata keempat "go" yakni dalam aksara Jawa maka varian Go ialah  Ngo, Nggo, dan juga tentu saja Ga.
 Selanjutnya varian dari suku kata terakhir notonogoro yakni "Ro" dalam aksara Jawa Ro tidak ada bentuk lainnya, 
kecuali lebih luas lagi agar tidak Jawasentris adalah Ra.
      Orde Baru mulai berkuasa terhitung sejak 1967 dengan hasil Tap MPRS penuh rekayasa terhadap dokumen 
Supersemar, ujungnya Soeharto marak sebagai penjabat presiden. Dengan demikian MPRS juga telah
 "melengser keprabon"kan Bung Karno. 
      Orba sebagai kekuatan sosial politik yang dominan menggelar pesta demokrasi yang diadakan lima tahun
 sekali. Tak ada tokoh selain Pak Harto yang maju sebagai kontestan pilpres, alhasil Pak Harto selalu menjadi 
calon tunggal yang ujungnya dipilih oleh MPR dengan suara bulat. "Notonogoro" Joyoboyo pada waktu itu 
merupakan hal tabu dibicarakan oleh siapa saja, dan jangan coba-coba untuk berani meramalkan pemimpin 
Nusantara yang baru selain pilihan Orba. Maka yang tengah terjadi tiap pesta demokrasi lima tahunan tak 
seorang pun berani membuka pokok "notonogoro". 
      Mengapa "notonogoro" begitu menjadi momok bagi Orba yang tidak pernah membuka peluang munculnya 
calon kepala negara yang lain? Tentu saja agitasi dan propaganda Orba yang hebat itu yang konon meniru 
teknik propaganda Hitler, hasilnya sungguh luar biasa.... pada waktu itu yang terpampang di dunia politik 
adalah masa mencekam, menyeramkan, dan siapapun tidak boleh membuat sekadar ramalan munculnya tokoh 
yang potensial menjadi rival Soeharto -- yang fasis dan otoriter karena memberangus semua lawan-lawan
 politiknya. 
      Ramalan Joyoboyo "notonogoro" ini menjadi terjun bebas untuk dijadikan pokok oleh semua orang sejak 
era reformasi, atau sejak tumbangnya kekuasaan Soeharto pada 21 Mei 1998. 
      Tumbangnya Soeharto dengan cara mengakhiri kekuasaannya melalui penyerahan langsung kepada wakil 
presiden, memang tampaknya "sesuai" konstitusi. Soeharto yang punya nama berakhiran TO ini pernah terpilih 
dalam sidang MPR sebanyak enam kali berturut-turut begitu usai pemilu lima tahunan. Tumbangnya Soeharto
 yang merupakan lawan politik Bung Karno pada akhirnya membuat semua lawan politik Bung Karno itu terseret
 diadili oleh mahkamah sejarah.
      Soekarno yang memiliki No pada suku kata terakhir pada namanya itu telah mengawali kelahiran Republik 
Indonesia, dan memerintah di wilayah seluas jajahan Hindia-Belanda minus Irian Barat. Rakyat Papua sendiri 
yang serta-merta ikut berjuang menyokong pembebasan wilayah Irian Barat dari penjajahan Belanda. Dengan 
demikian sejak 1 Mei 1963  maka lunaslah Bung Karno memerintah luas wilayah yang sama persis seluas wilayah
 jajahan Hindia-Belanda.
      Peralihan kekuasaan dari Bung Karno yang jatuh ke tangan Soeharto adalah tidak sah menurut sebagian ahli 
hukum tatanegara karena "Supersemar" telah dimanipulasi dan direkayasa sedemikian rupa hingga menghasilkan
 apa yang disebut oleh para pakar asing sebagai "creeping coup d'etat".. Tatanegara yang dekat dengan istilah
 ramalan Joyoboyo "notonogoro" selama ini menghasilkan tokoh pemimpin antara lain Soekarno, Soeharto yang
 memiliki kelebihan dan kekurangan dalam diri masing-masing. Persamaannya tampaknya dapat dilihat dari segi
 bahwa keduanya ingin tetap bertahan dan berkuasa terus-menerus layaknya para raja-raja Jawa di masa silam.
      Berikut ini urutan nama-nama presiden RI yang telah memerintah dikaitkan dengan lima suku kata prediksi
 Joyoboyo "notonogoro", dan arti "notonogoro" yakni panotogoro, panotoprojo yang mampu memimpin praja 
atau pemerintahan di wilayah bekas Majapahit dan Hindia-Belanda.
1. Soekarno, Soeharto, S.B. Yudhoyono = No-To-No (Go-Ro)
2. B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri = kepala negara (notonogoro/notonegoro)
Siapakah yang kelak memenangkan pilpres 2014 yang akan datang? Sesuai prediksi Joyoboyo "notonogoro" yang
 terdiri dari dua jalur  di atas ini, maka pada jalur utama dapat diprediksi bahwa pemenang pilpres 2014 adalah
 tokoh kontestan pilpres yang pada nama lengkapnya terakhir di dalamnya terdapat akhiran suku kata 
Go, Ga, Ngo, Nggo. 
      Walaupun kans yang terkuat adalah suku kata Go, masih terbuka peluang dan kesempatan bagi siapapun 
untuk meraih kemenangan. Dalam hal ini yang dimaksud di sini ialah bagi yang ikut menjadi kontestan pilpres
 2014 jika pada nama akhirnya memiliki suku kata selain daripada Go yakni pada nama lengkap bagian 
belakangnya mengandung suku kata: No, To, dan Ro. 
      Ada bedanya antara No, To, dan Ro dengan Go, maka yang No, To, dan Ro jika meraih kemenangan dalam
 pilpres 2014 maka terdapat prediksi sederhana bahwa yang bersangkutan akan mampu mencapai tahap "purna
 bhakti" 5 tahun. Akan tetapi pada pilpres 2019 ia akan mengalami kekalahan. Sang kepala negara yang 
bersangkutan yang incumbent tidak akan bisa menangkan pilpres untuk masa periode kedua kalinya.
      Sedangkan prediksi di luar lima suku kata "notonogoro" atau menggunakan jalur alternatif lainnya, dalam 
hal ini "notonogoro" diartikan secara singkat "kepala negara", maka bagi barang siapapun yang kelak terpilih 
sebagai kepala negara RI pada 2014, terdapatlah prediksi sederhana bahwa masa pemerintahannya tidak dapat
 bertahan hingga "purna bhakti"  karena dihentikan di tengah jalan  alias tidak genap dan tuntas 5 tahun.
Terima Kasih,
Sumber :
http://www.hastamitra.net/2012/08/ramalan-joyoboyo-notonogoro.html

4 komentar: